Sabtu, 08 Februari 2014

Yang Paling Dibutuhkan Orang Sakit itu adalah...

Tuhan mengijinkanku merasakan pelbagai macam penyakit semenjak aku kecil. Berangkat dewasa semakin jarang sakitku ini kambuh, tapi kalau datang lagi maka hampir selalu berakhir di ranjang pesakitan.

Lebih setahun yang lalu aku bertemu dengan orang-orang baru yang hingga saat ini salah satunya malah jadi orang terdekatku. Rasanya seperti punya semangat hidup baru. Fokus pikiranku bukan lagi tertuju ke kelemahan tubuh melainkan hasrat untuk hidup bahagia seperti orang banyak.

Lama kelamaan tanpa kusadari rutinitas berkunjung ke ranjang pesakitan semakin jarang terjadi. Meski sesekali masih terpaksa bercumbu dengan selang-selang siksa, tapi aku amat menikmati hidupku yang baru.

Kemudian tibalah pada keadaan di mana aku harus mengakhiri aktifitas bersama orang terdekat dan medekam di kota lain untuk menunaikan tugas negara belajar menjadi wirausaha muda.

Hari...minggu...bulan pun berganti. Akhirnya si teman lama datang lagi.

Sempat kelabakan karena lupa dengan merk tablet yang biasa ku-asup jika hal serupa terjadi. Terlalu banyak, aku tak bisa mengingatnya satu-satu! Aktifitas mulai terganggu, konsentrasi hilang sudah entah ke mana. Orang-orang menyarankan untuk periksa ke dokter, aku tak mau.

Kemudian aku termenung.Teringat dengan orang-orang terdekat yang akhir-akhir ini jadi semakin jarang terhubung denganku. Mereka sedang apa ya? Aku merindu.

Lalu kuputuskan mengambil momen sejenak. Menjauhkan diri dari hiruk pikuk sekitarku yang saat itu entah kenapa terasa negatif semua.

Bergantian ku telepon mamah, kakak dan orang terdekat lainnya.
Rasanya sejuuuk sekali saat mendengar suara mereka di telepon. Mamah dan kakak yang biasanya kuhubungi kalau lagi ingat saja (poor me), waktu itu kami justru berbincang lama sekali. Orang terdekat yang menyemangati dari jauh, juga semakin menghangatkan hati setelah bersedia menyanyikan beberapa lagu yang kuminta hingga aku tertidur duluan di ujung telepon. Begitu terus dalam beberapa hari. Selain itu aku juga memperbanyak minum air putih dan berusaha makan sebergizi mungkin.

Sampai beberapa hari kemudian, saat bangun tidur tubuhku sudah terasa lengket karena keringat. Badan juga sudah tak hangat lagi. Dan semuanya tiba-tiba terasa jauuuh lebih ringan dari sebelumnya.

Aku tersenyum lega.
Tuh kan...ternyata tidak hanya obat saja yang dibutuhkan orang sakit. Kamu pasti tahu jawabnya.. :)

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Setiap Kejadian (memang) Ada Hikmahnya

Aku harus mulai darimana ya nulis kali ini, maklum otak sudah benar-benar tumpul setelah hampir dua tahun ga produktif lagi di blog ini.

Hmm...mari kita coba, semoga bisa cukup tersampaikan lewat tulisan kali ini ya..

Beberapa saat yang lalu aku memberanikan diri ikut lomba foto yang diadakan di Jakarta. Dalam lomba ini dicari 2 pemenang utama dengan kategori pemenang berdasarkan pilihan juri dan pilihan masyarakat melalui like terbanyak di akun instagram.

Awalnya pesimis. Maklum lah mana pernah ikut lomba beginian, skala nasional lagi. Eh sebentar,  sepertinya pernah jaman masih kurus dulu (baca: mahasiswa). Itu juga bisa dapat piala karena pesertanya sedikit. Hehe

Setelah buka sana-sini file foto yang ada di laptop, akhirnya ada beberapa yang memenuhi tema "air" yang disyaratkan si penyelenggara lomba, salah satunya foto temanku yang hampir tenggelam (kelelep) di sungai Kalimantan. Foto ini sudah usang sekali. Diambil saat masih mahasiswa juga, tepatnya saat sedang ikut kegiatan mapala.

Karena memang tidak ada syarat maksimum tahun pengambilan foto, maka meluncurlah beberapa foto ini ke akun instagramku.

Berbekal pengetahuan melihat teman-teman yang suka colek sana-sini jika sedang ikut lomba, aku pun mecoba hal yang sama. Setelah colek sana-sini juga, seketika fotoku di instagram mendulang like yang cukup banyak dibandingkan milik para finalis yang lain (aku keponya kebangetan kalau sudah begini, buka sana sini mastiin yang lain ga dapat like lebih banyak, haha).

Singkat cerita, tibalah hari pengumuman itu dan namaku dinyatakan sebagai pemenang utama lomba foto dari kategori pilihan masyarakat dengan like terbanyak di instagram. Hadiah utama pun menjadi milikku, selembar voucher  berbelanja di toko buku ternama senilai satu juta rupiah.

Walaupun pada akhirnya kemudian voucher itu berpindah ke pemilik yang baru (karena aku bingung membeli apa di toko buku yang jualannya semuanya bahasa Inggris itu), tapi aku tetap senang. Senang karena berani lagi melawan ke-minder-an-ku sendiri dalam mengikuti kompetisi foto.

Selain itu, yang ingin kusampaikan di sini, ternyata semua yang kita lakukan itu memang benar punya makna lho. Dan berhubungan.

Seandainya dulu aku ga milih masuk Fakultas Pertanian UNLAM Bjb, ga mungkin aku bisa jadi anggota mapala Graminea.  Seandainya aku ga jadi anggota mapala Graminea ga mungkin bisa ikut kegiatan alam bebas di salah satu sungai Kalimantan itu. Seandainya waktu itu aku ga ikut kegiatan alam bebas bersama teman-teman mapala, ga akan ada momen kelelep air itu.  Seandainya ga ada momen kelelep air dan aku juga aku ga tergerak untuk mengambil foto, ga akan ada foto itu. Dan kalau foto itu ga ada, maka ga akan ada juga kemenanganku atas lomba foto yang kuceritakan ini.

Teman, hanya sebuah foto yang di masa itu aku sendiri ga terlalu menghargainya (diambil, dipindahkan ke laptop dan ga pernah dibuka lagi), ternyata punya dampak besar di kemudian hari. Hanya dari sebuah foto usang yang waktu itu mungkin saja aku mengambilnya sambil bercanda, ternyata bisa membuatku mendapatkan voucher buku senilai satu juta rupiah. Amazing!


Aku jadi makin percaya kalau setiap yang kita lakukan sekarang akan berdampak pada diri kita di masa depan. Nah, apa kamu juga percaya? :)



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO