Rabu, 28 Desember 2011

Penting Ga Penting, Ini (Mungkin) Penting (Part I)

Ini tulisan sebenernya ga penting, tapi...err...penting juga sih sebenernya, tapi...err...penting ga penting lah intinya.

###
Aku Maya, anak keempat dari empat bersaudara.  Usiaku terpaut cukup jauh dari ketiga saudariku, 11 tahun dengan kakak tertua, 10 tahun dengan kakak kedua dan 6 tahun dengan kakak ketiga.  Pautan usia yang cukup jauh ini membuatku benar-benar ‘dibungsukan’ di rumah.  Meski bagi kebanyakan orang menjadi anak bungsu itu menyenangkan, bagiku menjadi anak bungsu itu setengah nyaman dan setengahnya lagi tidak (baca: di sini).

Nah, berangkat dari ketidaknyamananku inilah, sejak kecil aku mencari ‘pelampiasan’.  Aku mencari wadah-wadah yang bisa menyalurkan keinginanku untuk didengar, untuk memimpin, untuk membuktikan bahwa aku bisa, tanpa ‘dilayani’ seperti biasanya.  Sejak kelas 3 SD aku sudah ikut aktif di Pramuka sekolah.  Mulai dari tingkatan Siaga yang kebanyakan diisi dengan nyanyi-nyanyi, bercerita dan bermain, Penggalang yang dipenuhi dengan semangat tinggi dalam berekspresi, hingga tingkatan Penegak di SMA dan level Pandega di bangku kuliah, meski hanya sempat kukecap selama dua semester.

Selama di bangku sekolah, selain Pramuka aku juga aktif di kepengurusan OSIS dan tentu saja selalu menjadi pengurus kelas, di kelas manapun aku berada.  Aku tergila-gila dengan lingkungan yang menempaku dengan tegas.  Bahkan, kala aku mulai menyandang statusku sebagai mahasiswi, bukannya mereda aku malah makin menggila.  Kuawali melangkah di himpunan jurusan, kemudian beranjak ke mapala, BEM, Walhi, pengurus tim basket kampus, pengurus tim padus kampus, pengurus organisasi mahasiswa bidang keagamaan di intern maupun ekstern kampus, bahkan posisi sebagai badan pengawas sebuah organisasi jurusan untuk skala nasional pernah kurengkuh selama 2 tahun.

Aku aktif di pertemuan-pertemuan mereka yang menyebut dirinya (mungkin) aktivis.  Aku ikut pelatihan-pelatihan, dari skala kampus hingga nasional.  Kadang aku juga diundang sebagai yang melatih, yah meski masih belum sesering aku melatih diriku sendiri.

Aku mungkin gila, ya mungkin gila, atau entah apalah sebutannya untuk kegilaanku ini.

Urusan pendidikanku juga sebenarnya bisa berjalan mulus jika kegilaan ini tak lama-lama menghinggapiku (mungkin).  Tapi aku tak ingin menyesali yang terjadi.  Aku puas dengan apa yang sudah kujalani.  Lagian aku tak ingin membahas topik yang satu itu di tulisan yang satu ini.  Maless..

Jatuh bangun kehidupan mewarnai petualanganku di dunia egosentrisku ini.  Mulai dari lingkungan keluarga yang menentang keras sepak terjangku (keluarga mana coba yang rela anak perempuannya, bungsu lagi, untuk hidup ‘gila’ seperti yang kugambarkan tadi?), lingkungan pertemanan atau bahkan mungkin kekasih yang (mungkin) sedikit shock mendapati pasangannya yang ‘gila’ seperti aku, hingga tantangan terhebat yang datang dari dalam diri sendiri, misalnya kondisi tubuh yang kian melemah.

Hingga beberapa saat yang lalu pikiran-pikiran ‘gila’ itu masih terus menggerayangiku.  Hingga beberapa saat yang lalu aku masih menjadi Maya yang ingin terus mengaktualisasi diri dengan mengikuti berbagai macam event, lomba atau sekedar pelatihan.  Hingga beberapa saat yang lalu aku benar-benar terus berkutat dalam egosentrisku sendiri.  Hingga akhirnya beberapa saat yang lalu aku kemudian berada dalam sebuah konferensi para pemimpin muda Indonesia.

Aku, yang semula merasa pundi-pundi ilmuku sudah mulai (cukup) penuh, yang merasa hebat karena bisa ikut begitu banyak kegiatan dan memperoleh beragam achievement dari beragam lomba, yang merasa bangga karena telah menjelajahi (hampir) semua pulau di Indonesia, yang merasa keren ketika selalu disapa dengan santun saat bertemu teman-teman dan adik-adik tingkat di kampus, kini merasa kecil di tengah rekan-rekan baruku.  Aku benar-benar dibungkam masa, ketika telingaku menjelajahi tiap sudut ucap kisah yang mereka tuturkan, ketika mataku diam-diam membongkar secarik demi secarik kisah keberhasilan yang mereka abadikan di dunia maya.

Oh God, betapa kecilnya aku selama ini.  Semua yang kubanggakan selama ini belum berarti apa-apa dengan yang telah mereka dapatkan.  Angkuhnya aku selama ini, sombongnya aku selama ini, gilanya aku selama ini, arrrghhh...pikiran ini terus berputar-putar dalam pikiranku beberapa saat yang lalu.

Aku mulai menyadari, selama ini aku tergila-gila ‘menumpuk’ ilmu untuk diriku sendiri.  Paling banter aku transfer ilmu ke orang lain hanya jika aku diundang sebagai narasumber atau fasilitator beberapa acara, atau sekedar ketika ngobrol/sharing dengan beberapa teman, atau dalam lingkup yang paling sederhana melewati tulisan-tulisan yang kupublish di beberapa situs.  Ini gaa adaa apaa-apaanyaaaaaa.. :(

Aku rindu melakukan sesuatu yang nyata, yang bisa berguna untuk orang lain.  Aku rindu berbagi.  Kalau bisa, aku akan membagi semua ilmu yang sudah kudapat selama ini, melewati media apa pun.

Kemudian kerinduanku itu bertemu dengan kerinduan dari pihak lain yang ternyata mengalami hal yang mirip denganku.  Kerinduan kami sama, rindu berbagi dengan orang lain, dalam tindakan nyata..

(To Be Continued..)

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Siang Ini, Telingaku Penuh

Siang ini, telingaku penuh. Penuh dengan “kultum” dari mamah tersayang.  Ah padahal sudah susah payah aku berusaha agar terlihat stronger di depan beliau, tapi ujung-ujungnya ketahuan juga. Si sakit yang seperti ditusuk-tusuk ribuan jarum itu datang lagi tanpa permisi. Padahal kami sedang makan bersama, padahal kami sedang menyantap lauk yang tak ternyana nikmatnya, namun entah angin mana yang membawa rasa sakit itu datang kembali.  Ya, beberapa hari ini frekuensi datangnya rasa sakit itu memang lebih sering daripada biasanya.

Awalnya masih bisa kuatasi dengan sedikit mengelus-ngelus bagian yang sakit, kututupi dengan senyum dan diselingi tawa saat ada bagian obrolan kami yang mulai menggelitik rasa (hey, don’t try it at home, ngobrol saat makan bukanlah kebiasaan yang baik).

Kemudian pada bagian puncaknya aku sudah ga tahan lagi. Sakit yang amat sangat itu mulai menjalar-jalar kian kemari (umpannya lebar itu yang dicari, ini dianya yang terbelakang. Halaah... *abaikan).  Tanpa sadar aku mengernyitkan kening sedemikian rupa sambil memegangi bagian yang sakit itu. Refleks kuhentikan suapan makanan ke mulut, mamah juga.  Kemudian seperti yang sudah kuperkirakan, rentetan pertanyaan itu pun dimulai.  Kamu kenapa? Sakitnya kambuh lagi ya? Masih kuat ga? Perlu ke RS sekarang? dst..

Aku berusaha menenangkan mamah, dengan ya lagi-lagi, bersikap stronger di depan beliau.  Aku bilang tadi memang sakit, tapi sekarang sudah hilang sakitnya.  Padahal...ya ga mungkin secepat itu lah..

Mamah kemudian melanjutkan makan, meski kudapati wajahnya masih menyiratkan kekhawatiran.  Obrolan yang sebelumnya begitu hangat pun diterbangkan angin entah kemana.  Malah digantikan dengan wejangan-wejangan bak ibu menasehati anaknya yang masih duduk di bangku es-de. (Padahal kami masih di meja makan lho..)

“Kemarin kenapa tiba-tiba aktif main basket lagi? Lupa atau pura-pura lupa kalau g*n**lnya masih luka? Nak, bayangin deh ada balon yang harusnya di dalamnya cuma ada udara, trus ada satu balon yang di dalamnya tiba-tiba ada beberapa kelereng.  Kalau balon yang terakhir itu kita gerak-gerakin, kita goyang-goyang terus menerus, kulit balon jadinya bersentuhan sama kelereng & jadi lecet kan? Luka kan? Ga kasian tuh sama balonnya?”
“Kasian, Mah...”
“Kalau kasian harusnya gimana dong, Nak?”
“Ya berenti digerak-gerakin, Mah.”
“Pinter.  Jadi kamu juga harusnya ga main loncat sana sini lagi kan, Nak?”
“Bukan loncat-loncatan, namanya main basket, Mah.”
“Yayaya, jadi mulai sekarang ga usah main basket lagi ya, Nak?”
“............”
“Nak, mamah bukannya melarang kamu senang-senang, tapi mestinya ingat juga dong sama kondisi sekarang.  Siapa lagi coba yang ngejaga diri sendiri selain diri sendiri juga.  Sampai manapun usaha mamah, kakak-kakakmu dan yang lainnya untuk jagain kamu, ya ga ngaruh juga kalau kamunya sendiri ga mau ikut andil ngejaga kesehatan.  Nanti boleh deh main basket lagi, tapi bukan sekarang.”
“Kapan, Mah?”
“Hmm...nanti, kalau balonmu benar-benar sudah bisa dibawa loncat-loncatan lagi. Ya...?”
“.................................................”

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Kamis, 22 Desember 2011

Cerita Ini Ga Lucu Ga Menarik Ga Keren

Cerita ini ga lucu ga menarik ga keren.

#1
Ada dua orang di dunia ini yang paling kuhindari sejak berbulan-bulan yang lalu. Aku menjauhi mereka secara perlahan, sampai akhirnya kami benar-benar lost contact.

#2
Setelah empat hari tanpa nafsu makan yang jelas (baca: tanpa ada asupan nasi), akhirnya tadi aku memutuskan untuk mencoba mencari nafsu makan dg membeli salah satu jajanan kesukaanku: martabak. Sambil hujan-hujanan aku tetap keluar untuk belanja.

#3
Dengan sangat apiknya Beliau merancang aku duduk nungguin pesanan, kemudian tiba-tiba salah satu dari orang yang kuhindari itu ikut-ikutan datang dan memesan martabak -tanpa ada celah untukku melarikan diri-.

#4

 Dalam keadaan panik aku melihat ada toko di belakangku yang menjual minuman dingin. Tebak apa yang kulakukan? Yup, aku berjalan ke arah kulkas & untuk selanjutnya berpura-pura memilih minuman yang akan kubeli. Karena diliatin mulu sama yang jualan, akhirnya aku ambil beberapa minuman. Yup, "BEBERAPA". Gila apa, aku ambil beberapa jenis minuman, kurang jelas ah aku ambil EMPAT jenis minuman, hmm...sekali lagi ya.. aku ambil EMPAT JENIS MINUMAN SEKALIGUS, dengan harapan bisa mengulur waktu berdiri di depan kulkas.

#5
Pas lagi bayar di kasir, dengan kalemnya si Seseorang ini balik badan ke arah toko, daaan jreeeeenggg akhirnya mata kami pun beradu. Oh, God.. Ini serasa kamu sedang mencuri sesuatu dan tiba-tiba pemiliknya datang sambil membawa pedang panjang, berlari ke arahmu.

#6
Arrrggghhh akhirnya dengan sangat terpaksa aku nyamperin si Seseorang ini, dan basa yang basi itu pun dimulai. Waktu si Seseorang ini nanya kapan aku mau serius lagi ngerjain sesuatu itu, aku -yang selama ini dikenal cukup cerewet ketika di forum-forum kampus- tiba-tiba kaya semut kepencet. Diem, kaya ga punya lidah.

#7
Dan si Seseorang itu mengucapkan sebuah kalimat yang cukup menggetarkan sendi-sendi lututku saat itu. Sebuah kalimat yg ga sanggup untuk kuungkapkan disini.. :|

#8
Tebak siapa dia..

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Rabu, 21 Desember 2011

Aku Rindu, Emak..



Berlari ku ke rumah, terjerembab di atas tikar lusuh Emak
Kuketukketuk sudut ranjang usang
Kumainkan ujung seprai biru
Tak kudapati yang kuinginkan

Aku mencari pintu ke masa lalu
Yang bisa kembalikanku
Menuntun Emak berjalan
Menyeduhkan teh hangat di pagi
Hari yang dipenuhi gelak tawa

Renyah senyum Emak

Kini aku di masa kini
Terasing karena mengasingkan diriku
Sendiri
Jauh karena menjauhkan diriku
Sendiri

Aku rindu belaian Emak menjelang tidur

Aku memimpikan kembali jemarinya yang mengurai lembut tiap helaian rambutku

Ah…
Aku ingin pulang, Emak
Aku ingin pulang
Aku ingin
Aku

Sayangnya aku pulang tak kepadamu lagi,

Tapi kepada Yang Menciptakan kita

Sampai jumpa, Emak



Sungguh aku rindu..


--------------------------
--------------
#Puisi usang ini masih menyisakan rasa aneh tiap selesai ku membacanya. Namun, tetap, selamat hari ibu utk setiap perempuan yg telah mendedikasikan hidupnya untuk suami, anak & keluarganya. Spesial untuk mamah, selamat 1 hari menjelang 59 tahun ya, Mah :)
~~~Dari si Bungsu yg paling menyayangimu~~~

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Selasa, 20 Desember 2011

The Conclusion

"Girl, I think bout you every day now. Was a time when I wasn't sure. But you set my mind at ease. There is no doubt you're in my heart now..."

I see.
Thanks.

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Rabu, 14 Desember 2011

K.A.S.I.H.

Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu.

Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.

Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.

Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.

Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.

Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.

1 Korintus 13:4-7
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Selasa, 13 Desember 2011

~~~2~~~

Anak kecil nangis kalau diledek, perempuan engga. Banyak yang akan kamu hadapi di depan nanti. Ingat kamu perempuan, kalau kamu mau nangis, nangis aja. Tapi kamu harus punya alasan yang kuat untuk itu.
Banyak perempuan menangis untuk sesuatu yang sia-sia. Kamu perempuan, tapi menangislah untuk sesuatu yang baik, bukan sesuatu yang sia-sia.
2, Donny Dhirgantoro
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Minggu, 27 November 2011

Bagiku, Tetap IBU

Setelah kemarin (dipaksa) menjadi juri untuk lomba Vocal Group Accoustic di kampus, hari ini kursi peradilan itu kembali kududuki.

Lomba yang berikutnya tadi merupakan ajang pencarian pasangan mahasiswa, yang akan menjadi icon kampus, laiknya Abang None yang mewakili Jakarta.

Bersama ketiga juri lainnya, kami berusaha membaca karakter para peserta melalui jawaban-jawaban pertanyaan yang kami lontarkan.

Acara pun dimulai. Peserta dipersilakan mengambil satu gulungan kertas yang berisi pertanyaan dari salah satu dewan juri.

Ketika gulungan pertama berpindah tangan ke genggaman pemandu acara, aku menarik nafas dalam-dalam dan berkata (tepatnya berteriak) dalam hati: pertanyaanku, ayo ayo, pertanyaanku, pertanyaan dari akuuu.

Benar saja. Ternyata pertanyaan pertama itu milikku: Siapakah orang yang paling berpengaruh dalam hidupmu? Kenapa ia menjadi sosok yang paling berpengaruh dalam hidupmu?
 

Aku menarik nafas dalam-dalam.
Seperti biasa, aku menjawabnya terlebih dahulu dalam hati dan pikiranku.

Ibu.
Ayo jawab saja ibu.
Jawablah ibu sebagai orang yang paling berpengaruh dalam hidupmu.
Jawablah ibu, aku mohon..

"Ayah" jawab peserta pertama itu mantap.

DEG!

Sesaat aku mematung demi mendengar kata pertama yang keluar dari peserta pertama ini. Sesaat seperti ada rasa perih yang perlahan menjalar di dadaku. Sesaat aku kehilangan kesadaran sedang berada di tengah-tengah ruangan bersama yang lainnya. Sesaat aku seperti merasa ingin berlari ke hutan dan berteriak sekencang-kencangnya.

Tidak, tidak. Ibuuu, harusnya jawabannya ibuuu, aku ingin jawabannya ibuuu..

"Orang yang paling berpengaruh dalam hidup saya adalah ayah."

Tidak, tidak. Bagiku tetaplah ibu.

"Karena ayah adalah sosok yang berkharisma, mandiri dan mampu menjadi panutan di keluarga kami."

Tidak, tidak. Ibu, dengan kasih sayangnya, lebih mumpuni. Tak kenal lelah memberi penghidupan bagi anak-anaknya.

"Ayah itu lelaki yang bertanggungjawab dan mampu menjaga keluarganya, serta telah berhasil mendidik saya menjadi seperti sekarang ini."

Tidak, tidak. Ibu jauh lebih mengerti aku.

Aku terjaga dari lamunan ketika kurasakan tepukan di bahuku. Rupanya sedari tadi peserta telah selesai dengan jawabannya dan mereka masih menunggu reaksiku.
Aku sedikit tergagap.
Kuberikan tanda bahwa tak ada pertanyaan lanjutan dariku.

Kemudian aku terdiam.
Aku diam.
Diam.




###

Kalau memang ayah itu ada, kemana ia ketika aku menangis untuk pertama kalinya? Kemana ia ketika aku meringis saat lututku terluka karena belajar naik sepeda? Kemana ia ketika aku bersorak gembira ketika pertama kalinya berhasil memenangkan sebuah kompetisi? Kemana ia ketika semua orang memberiku ucapan selamat telah mengukir prestasi-prestasi menakjubkan lainnya? Kemana ia ketika aku ingin bercerita pengalamanku menapaki jengkal demi jengkal tanah-tanah indah di Indonesia? Kemana ia ketika aku berusaha mencari bahu dan pelukan hangatnya untuk mengurangi sesak yang menyiksa saat infus-infus itu sering menggerayangi tanganku? Kemana ia ketika kuperlukan jemarinya untuk mengusap air mata yang berebut keluar di saat-saat terendah dalam hidupku? Kemana ia saat...


Bagiku ibu tetaplah sosok yang paling berpengaruh dalam hidupku, pun apapun kata orang tentang sosok seorang ayah.
Bagiku ibu adalah ibu dan ayahku.

Cukup.








Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Jumat, 25 November 2011

Ke-tidak-adil-an Adil

Empat hari menjelang pertemuan musuh bebuyutan itu, Adil tak merasakan apa-apa, biasa saja, masih bisa melewati masa dengan hari yang berpelangi tawa dan rasa.

Satu hari sebelum pertarungan musuh bebuyutan itu, hanya sesekali sekelebat bayang keraguan menghampiri dirinya. Tapi itupun tak apa baginya.

Tiga jam sebelum titik temu itu, Adil merasakan kejanggalan pada irama detak jantungnya, yang jauh lebih cepat dari biasanya.

Tiga jam sebelum titik temu itu, Adil semakin sering menyeka dahi dan lehernya, yang kian lengket karena aliran keringat dinginnya -padahal kipas angin sudah benar-benar tertuju padanya-.

Tiga jam sebelum titik temu itu, Adil merasa suhu tubuhnya meningkat pesat, namun berbanding terbalik dengan permukaan tangannya yang pucat pasi, seperti baru keluar dari freezer selama berjam-jam.

Tiga jam sebelum titik temu itu, Adil merasakan pelupuk matanya yang kian menghangat dan perlahan mulai mengeluarkan cadangan airnya.

Tiga jam sebelum titik temu itu, Adil merasakan sesuatu yang amat dikenalinya: perasaan takut kalah, seperti kejadian setahun yang lalu, yang mengantarkannya pada detik-detik penyesalan mendalam akibat ketidakmampuannya menyelamatkan gelar jawara tim basket, yang tiga tahun berturut-turut sebelumnya telah direngkuh oleh timnya.

Dua jam sebelum titik temu itu, semuanya masih sama seperti keadaan sejam sebelumnya.

Satu jam sebelum titik temu itu, semuanya masih sama seperti keadaan sejam sebelumnya. Yang berbeda adalah cadangan air dari pelupuk mata itu semakin membanjiri pipinya yang tembem, seperti air hujan yang menetes deras di atas buah apel ranum.

Dan saat akhirnya titik temu itu menghampirinya, Adil berusaha menebar senyum seperti biasanya, namun masih dalam keadaan emosi yang sulit dikuasainya.

Dan baru di kwarter kedua dari titik temu itu, Adil merasakan nyeri yang luar biasa lagi di bagian dada kirinya, tepat di daerah benda yang memberikan degupan kehidupan baginya itu. Rasanya nyeri seperti ditusuk puluhan jarum dan rasa panas yang membakar dari dalam, meski tanpa ada api yang menyembul keluar dari bagian itu.

Adil mahfum.
Ini biasa dan sering terjadi, pikirnya.

Tapi sesungguhnya Adil marah pada dirinya sendiri.
Marah karena belum juga berhasil bisa mengontrol rasa-rasa itu di tubuhnya.

Ini tak adil, batinnya.

Ini tak adil.

Tak adil

Sungguh,

tak adil.


Dan kekalahan yang dipeluknya dari titik temu kali ini (lagi), menambah daftar ke-tidak-adil-an dalam pikirannya hingga saat ini.

Ke-tidak-adil-an yang sungguh, Adil.









Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Rabu, 23 November 2011

What I Wanted..

A former mentor once asked me what I wanted to do with my life; I answered, "I want to help people." He then commented that I really need to help myself first. It took me a while to work out what he meant by that.

These days, I help myself by helping others.

Praise The Lord..

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Senin, 21 November 2011

Pe-sakit-an Sakit



"Anda mengerti ga sih gimana rasanya jadi mereka yang sakit, kemudian menerima perlakuan seperti yang barusan Anda dan temanteman Anda berikan semalam? Bagaimana kalau terjadi apaapa dengan mereka? Bagaimana kalau tibatiba sakitnya kambuh dan harus dilarikan ke rumah sakit? Siapa yang akan bertanggung jawab? Siapa? Siapa?"


Hey, Anda yang mengatakan hal itu kepadaku kemarin, dengarkan ini: 

Ga usah SOK NGERTI gimana rasanya jadi orang sakit, kalau Anda sendiri BELUM PERNAH merasakan sakit.

Ga usah SOK PEDULI sama orang sakit, kalau Anda sendiri BELUM PERNAH berbagi rasa dengan mereka yang pernah sakit.

Ga usah SOK TAHU gimana rasanya sakit, kalau Anda sendiri BELUM PERNAH TAHU gimana rasanya sakit yang benarbenar sakit.

Mereka yang menggunakan ke-sakit-annya sebagai alasan untuk tak berusaha lebih dari yang lain, tak pantas untuk dipantaskan menerima ke-sukacita-an hidup.

Mereka yang berlindung di balik ke-lemah-annya, tak andal untuk bisa diandalkan duduk bersamasama menjalani masa yang tak bertuah tuan korup.

Dan mereka, Anda, yang memainkan peran "pemerhati", tidak -sama sekali tidak- ada harganya di mataku.  Pun itu Anda lakukan dengan (topeng) solidaritas kemanusiaan.


Percayalah, dunia tak selalu nyaman.
Dan Anda, sekali lagi, tak usahlah berlaku tahu jika bahwasannya Anda sendiri tak tahu menahu akan ke-tahu-an itu sendiri.
Tanyakan padaku bagaimana rasanya sakit itu.
Akan kuberitahu Anda lebih dari yang Anda ketahui sekarang.



Titik.



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Jumat, 11 November 2011

I lost my rainbow

Jumat, 11 November 2011
Pukul 17.45 WITA


Setelah latihan padus, ada sms dari teman:
"Pelangi lagi bagus tuh, apalagi kalau ngambil angle nya dari bundaran simpang 4 Banjarbaru".

Tanpa pikir panjang, langsung go to TKP (Tempat Kejadian Pelangi).
Hmm, ternyata garisgaris maya itu sudah pudar, yang tersisa hanyalah gumpalangumpalan mega yang berarak tak sabar menunggu antriannya.
Sedikit kecewa, tapi ya sudahlah..
Tak ada pelangi, megamega ini pun cukuplah..
Lain waktu pasti kudapatkan lagi pelangi itu.. :)










Bundaran Simpang 4, Banjarbaru

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Rabu, 09 November 2011

Entahlah..

Bulan belajar menerima keadaan tanpa matahari.

Karena takdir bulan hanyalah bintang.

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Jumat, 04 November 2011

(Lagi-lagi) Aku Cemburuuuuuuu :(



Marah, ya?
—–
Ga, cuma kesal
—–
Ga usah bohong
Iya bilang iya, ga bilang ga

—–
Iya2. Marah dengan HP
—–
Ya sudah marah sana sama HPnya
—–
Hp kok ditaroh sembarangan, dibiarin dibuka2 lagi sama temannya
—–
Tadi itu ga sengaja, dia pinjem buat sms kknya
—–
Huh… :(
—–
Huh juga… :(
—–
Huh,, double huh… :(
—–
Huh,, triple huh… :(
—–
Huh,, double triple huh… :(
—–
Iya2, maaf… Tidur sana sudah

—–
Mana bisa tidur kalau masih kesal

—–
Ya sudah, sini jidatnya dielus2 dulu biar kesalnya hilang

—–
Arghhh… :(




Kalau saja aku laboran, sudah kuramu larutan kimia menjadi nuklir yang membumihanguskan.

Kalau saja aku dokter hewan, sudah kuinjeksikan berjuta bakteri ke raga binalmu.

Kalau saja aku pengacara, sudah kugiring engkau sebagai terdakwa pemakzulan cinta.

Kalau saja aku pejabat, sudah kudepak engkau dari singgasana istana.

Kalau saja aku petani, sudah kubakar engkau layaknya gulma pengganggu tanaman.

Kalau saja aku polisi lalu lintas, sudah kutilang engkau seperti pengendara mabuk tak tau jalan pulang.

Kalau saja aku politikus, sudah kutikam engkau dari belakang.

Kalau saja aku nelayan, sudah kupancing dirimu, kemudian ku iris dan ku bakar hingga layak santap malamku.

Kalau saja aku perampok, sudah kutodongkan sebilah pisau ke lehermu, dan kuteriakkan: pilih nyawa atau nyawa?!
Namun aku hanya si kekasih yang cemburu pada sang kekasih.
Si kekasih yang marah pada si penggoda sang kekasih.
Mana bisa aku berlaku seperti si ’kalau’?
Hey, penggoda!
Jangan coba-coba lagi menggoda
Karena lain waktu si aku (mungkin saja) bereinkarnasi jadi si ‘kalau’
Kau tak akan bisa mengecap lagi rasa nyaman dalam mimpi
Mengerti?

Celahati, 01032011

###
Puisi yang sama ada disini

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Aku (Masih) Cemburuuuuuuuuu :(

Selamat pagi bening yang menggelayut di tanduk mata
Selamat pagi irama degupan yang membuncah di jiwa
Selamat pagi raga yang terbelit selang kurva siksa

Bagaimana kabarmu di sana?

Aku di sini masih dihinggapi murka yang tak tuntas
Cemburu pada angin malam bebas
Menggelayut mesra di bahu yang biasa kurengkuh
Berhembus lembut ke arah dua bola hitammu yang teduh

Kau,
Yang mengabaikanku semalam
Membuat lelapku tak tenang
Menyeretku ke dalam genangan bening tanpa kesadaran
Memenuhi tiap hentakan gelisah di malam panjang

Sengaja mengujiku?

Aku tak perlu itu, cinta..

Bukankah sudah berlapis-lapis diksi kutautkan ke hatimu?
Bermadu-madu kisah kusematkan di senyummu?
Bahkan ruang rindu ini sudah kumeterai atas namamu?

Berlakulah sama padaku, cinta..


Bangun sayang, udah pagi nih..
—–
Udah bangun kok daritadi
—–
Tadi malam maaf ya, pulsanya kosong pas mau balas lagi
—–
It’s doesn’t matter. Ga ngampus?
—–
Hmm… Siang baru ada kuliah. Ini mau nganterin teman ke toko buku dulu ya
—–
Siapa?
—–
Dede
—–
Arggghhh…
Kok sama dia terus?
Ga punya kaki sendiri ya dianterin terus?
—–
He… Sayang cemburu ya?
—–
Ih, GR.
Ya sudah anterin sana
—–
Oke, jalan dulu ya
—–

Argggggghhhhhh……..

Aku masih cemburuuuuuuuu :(


                                                                                                               Celahati, 25-02-2011

 Puisi yang sama ada disini dan disini :)

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Aku Cemburuuuuuuuuu :(

Aku mengamatimu dari lensa hatiku
—–
Hahaha…lebay…
—–
Serius. Hehe… Malam ini ada planning apa? Jangan kemana-mana ya.
—–
Hmm…sebenarnya ada janji dengan Dede, mau latihan bareng, nyiapin buat lomba bulan depan. Tapi ga jadi.
—–
Kenapa ga jadi?
—–
Malam Jumat.
—–
Malam berikut-berikutnya juga ga boleh.
—–
Ya boleh dong.
—–
Ga ga ga ga ga. Pokoknya ga boleh :(
—–
—–
Tunggu aku pulang aja ya, akan kutemani kemanapun sampe jam berapapun.
—–
—–
Sayang?
—–




Arghhh… Smsku ga dibalas lagi. Argh urgh ergh…
Andai selang-selang bening ini tidak sedang melekat di tubuhku, sudah kupastikan akan kudatangi engkau malam ini.
Atau frekuensi hatimu telah berubah?
Padahal sudah kukirimkan signal ke arah yang tepat.
Atau karena batrei tubuhku kini melemah?
Hingga kau campakkan bagaikan sampah.

Tunggu saja Selasa depan
Saat masanya ‘pasukan putih’ itu melepas selang-selangku
Akan kurasuki dirimu dengan mantra baru
Arggghhh!!!


Celahati, 24022011

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Tolong Aku




Tolong sampaikan padanya aku masih cinta

Tolong sampaikan padanya aku masih cinta

Tolong sampaikan padanya aku masih cinta

Tolong sampaikan padanya aku masih cinta

Tolong sampaikan padanya aku masih cinta


Tolong sampaikan padanya aku benar-benar masih cinta


Cukup
.
.
Itu saja
  
###
Puisi yang sama ada disini 

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Celahati



Sudah purnama kesekian kulewati
Mengurung diri dalam labirin kristal
Mengais-ngais kisah klasik masa lalu
Menyuarakan tatapan sendu dalam mimpi panjang
Sunyi

Kerlinganmu yang terus menyusup dalam celahatiku
Memenjarakan sepenuhnya apa yang kusebut rindu
Membuyarkan kewibawaan yang dengan pongah kusodorkan bagi yang lain
Menjadikan aku adalah aku

Tak mengapa jika kini semua kian berlalu
Namun ini tak akan beranjak semudah yang kita duga

Seluruh bulir-bulir kasih ini terus kukirimkan
Lewat telepati semua tersampaikan
(Harapku..)


Aku rindu



Celahati, 15042011

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Itu Pun Cukup, Mah..

"Nak, bangun yuk biar cepat siapsiap ke sekolah"

 

 

Mamah selalu membisikkan kalimat ini ke telingaku, sejak bangku kanakkanak menjadi tujuan langkahku setiap pagi.

Biasanya aku masih suka menggelayut manja di pelukannya, sebelum benarbenar beranjak dari tempat tidurku. Waktu itu mamah juga selalu menyelipkan beberapa lembar rupiah ke dalam genggamanku, baru kemudian dengan segera kulangkahkan kaki ini ke kamar mandi dan bersiap ke sekolah.


.

Ah, kalau mengingat masamasa itu malu sekali rasanya. Semanja itu kah aku dulu?


.

###


.

Sendu tatapanmu membekukan hatiku


Melafalkan ketiadaan rasa


Menguburkan masa


Itu pun cukup, Mah..


.

Ramburambu yang melekat di dirimu


Tersalin rapi


Meski tak seutuhnya menjelma di relung sikapku


Itu pun cukup, Mah..


.
.

Kala badai merah jambu mulai menelanjangi


Pontangpanting tak tentu arah kuberlari


Memang tak sepenuhnya kau mengerti


Tapi pelukanmu berbicara lebih dari yang kumengerti


Itu pun cukup, Mah..


.

Kemarau memang panjang


Namun kasihmu setiamu tak berkesudahan


Mengairi hati yang kian gersang


Itu pun cukup, Mah..


.


Namun..


Teriakku pada dinding


Teriakku pada tinta


Itu pun (ternyata belum) cukup, Mah..


.

Lalu pantaskah kini kucukupkan kisah kita?


.

Perca ini sedang kehilangan kainnya


Tak ingin kehilangan kainnya


.

Bantu aku mencukupkan semuanya lagi, Mah.. :/.


.

Celahati, 3 November 2011

 

 

###

Puisi ini juga ada disini


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Ini Isi Otakku Malam ini...



Aku tersentak atas petir yang menjilat
Kilat menyambar garis mayaku

Hujan, kau menyapaku lagi rupanya malam ini
Atau mungkin ia yang mengirimmu untukku?

Malu meruntuhkan malu
Menyapa kasih lewat angin
Tersampingkan hujan merembes cepat

Ah...
Mengapa tak langsung saja berkata?

Masih sewindu sebelum dasawarsa
Kita masih bermasa
Namun tak ada jaminan
Hati ini tetap menyimpan rasa

Terpudarkan hujan di malam pekat

Luntur

Relakah?


Celahati, 09032011


###
Puisi juga ada disini dan disini 

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Rasaku tentang Rasaku padamu

Malam ini aku masih belum bisa memejamkan mata. Pikiranku masih melayang, berusaha menghimpun kenangan yang kurajut bersamamu. Mengais-ngais kisah usang, meski sebenarnya itu baru saja kita tanam beberapa masa yang lalu.

Aku tak mengerti mengapa secepat ini. Aku tak mengerti pada rasa yang mengabu-abu di antara hitam dan putih hidup kita. Aku tak sanggup mengartikan pudarnya rasa di matamu, yang biasanya begitu menyala-nyala bahagia bila sedang bersamaku.

Ini salahku? Sepertinya selalu dan akan selalu menjadi salahku.

Aku yang tak pandai mengungkapkan amarah, selalu menahan murka dan menguburnya dalam-dalam sebelum sempat termuntahkan tanpa kendali.

Tentu saja itu menjadi bejana kemenangan bagimu. Senjata untuk meruntuhkan semua harga maaf yang kumiliki. Hingga mengalir kembali kisah kesalahan tak terungkap. Meski sebenarnya hati ini juga terkadang meronta, ingin menampakkan tajinya.
***


Jiwaku, tak tahukah engkau betapa dirimu begitu kujiwai?
Namamu terngiang lembut di setiap cubitan gerak jantungku.
Wajahmu terus membuntuti kemana saja tubuhku mengarah.
Hingga melodi sampan cinta ini terus kukayuh atas nama kita.
Itu semua karena aku padamu, Jiwaku.
***

Namun sekarang,
hah..
Tak guna lagi manis ucap kataku.
Tak sedikitpun wajahmu mengarah padaku, meski dengan penuh kasih kulafalkan nama kesayangan yang kuberi untukmu. Padahal di hari-hari indah kita sebelumnya, kau begitu tergila-gila atau tepatnya tersipu malu dengan menahan rona merah jambu di pipimu bila kupanggil dengan nama itu.
***

Aku benci dengan kegelisahan menjelang tidur. Aku benci semua kenangan yang membangunkanku di puncak malam, lengkap dengan isakan sepi yang menyayat. Aku benci ketika semua itu terjadi karena kau tak henti-hentinya bermain dalam imajiku, dalam hatiku dan dalam setiap helaan nafasku. Aku benci dengan diriku yang terikat pada harapan memilikimu. Aku benci aku yang menjiwaimu.
***

Masih di malam ini, kuputuskan untuk memutuskan. Menghentikan semua kegilaan yang kurangkai sendiri atas nama cinta.

Tertatih ku hapus dirimu dari lipatan kenangan di otakku. Bahkan nomor sakti yang biasanya bertuliskan nama sayangmu di hp ku itu telah turun derajat menjadi penghuni kelas terhapus. Golongan dari mereka yang tak lagi bermakna apa-apa buatku. Bagian dari masa lalu yang tak akan kubuka meskipun segudang rindu terus melesak, menusuk hatiku tiap kali malam menyapa.

Tak akan ada kata untuk kembali.
Aku telah menetapkan harga, tak perlu kau meragukanku kali ini.

Percayalah
Aku akan melupakanmu

Secepatnya




                                                                                                          Celahati, 090311


###
Puisi ini juga ada disini dan disini

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO