
Anak bungsu memang rentan untuk dimanja, dipenuhi segala keinginannya oleh orang-orang di sekitarnya. Bahkan kadang menjadi sasaran empuk kekesalan saudara-saudaranya karena anak bungsu selalu menjadi yang disayang orang tua.
Tapi apakah ada yang tahu kalau sebenarnya ada sudut pandang lain yang mengatakan bahwa jadi anak bungsu itu tidak menyenangkan. Yup... ternyata memang masih ada yang berpikiran seperti itu, dan dia adalah si anak bungsu itu sendiri.
Ketika kakak-kakaknya menjadi sosok yang luwes dalam pergaulan, si bungsu berusaha mengikutinya meski sebenarnya ia sosok yang pendiam dan kurang pandai bergaul.
Ketika kakak-kakaknya mulai pandai berdandan dan menata penampilan hingga sangat nyaman di pandang mata, si bungsu juga berusaha belajar untuk mulai mengenal beragam jenis make up, meskipun sebenarnya ia sosok yang lebih suka penampilan natural.
Ketika kakak-kakaknya tumbuh dengan fisik yang hampir sempurna, si bungsu hanya bisa menangis di kamar meratapi nasibnya yang kurang menarik dalam penampilan.
Ketika kakak-kakaknya menjelma menjadi sosok yang dewasa dalam bersikap dan tingkah laku, si bungsu tertatih-tatih membuang perangai manjanya, agar tidak dianggap anak kecil lagi oleh mereka.
Ketika kakak-kakaknya berhasil menyelesaikan studi dalam waktu yang singkat serta dengan nilai memuaskan, si bungsu juga merasa ada beban di pundaknya untuk harus secepatnya menyelesaikan studinya. Dan ketika itu tidak terpenuhi, si bungsu lagi-lagi hanya bisa menangis diam-diam di kamarnya karena menanggung malu dan tertekan.
Ketika kakak-kakaknya mengirimkan biaya kuliah untuknya, si bungsu hanya bisa tertunduk lesu karena merasa malu terlalu sering merepotkan dan menjadi beban bagi kakak-kakaknya.
Ketika kakak-kakaknya telah mapan dalam pekerjaan, si bungsu semakin tertekan karena takut dicemooh bila tak mendapatkan pekerjaan yang layak seperti yang lainnya.
Ketika kakak-kakaknya berhasil menemukan pendamping hidup yang nyaris sempurna dan menempuh hidup baru bersama pasangannya masing-masing, ketakutan yang luar biasa diam-diam menjalari pikiran si bungsu, karena dengan begitu seperti telah ada standar dalam mencari pendamping hidup yang nyaris sempurna pula baginya.
Hidup si bungsu terus dibayang-bayangi kesuksesan maupun kegagalan kakak-kakaknya. Si bungsu akan selalu dibanding-bandingkan dalam segala hal. Itulah yang membuat si bungsu memiliki beban yang kasat mata atau sebut saja beban psikologis. Tak banyak yang mengetahuinya bukan? Tentu saja, karena hanya si bungsu yang tahu dan bisa merasakannya.....
###
Tulisan ini juga ada disini dan disini
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
2 comments:
jadi anak tertua, cucu tertua dari pihak bapak, cucu tertua dari pihak ibu.. jugaaaa gak enak..
*merenungi nasip gw... yg hrs berbuat "lurusssss" terus spy bisa dijadiin patokan buat adik2...padahal kan pengen juga bandel dikit
Ahahahaha.....
Jadi pengen ngerasain juga.
Tp emg ada enaknya n susahnya jd msg2 pribadi, trgantung dari sisi mana memandang :)
Semangat ya wahai anak sulung. Wkwkwk....
Posting Komentar