Jumat, 04 November 2011

Rasaku tentang Rasaku padamu

Malam ini aku masih belum bisa memejamkan mata. Pikiranku masih melayang, berusaha menghimpun kenangan yang kurajut bersamamu. Mengais-ngais kisah usang, meski sebenarnya itu baru saja kita tanam beberapa masa yang lalu.

Aku tak mengerti mengapa secepat ini. Aku tak mengerti pada rasa yang mengabu-abu di antara hitam dan putih hidup kita. Aku tak sanggup mengartikan pudarnya rasa di matamu, yang biasanya begitu menyala-nyala bahagia bila sedang bersamaku.

Ini salahku? Sepertinya selalu dan akan selalu menjadi salahku.

Aku yang tak pandai mengungkapkan amarah, selalu menahan murka dan menguburnya dalam-dalam sebelum sempat termuntahkan tanpa kendali.

Tentu saja itu menjadi bejana kemenangan bagimu. Senjata untuk meruntuhkan semua harga maaf yang kumiliki. Hingga mengalir kembali kisah kesalahan tak terungkap. Meski sebenarnya hati ini juga terkadang meronta, ingin menampakkan tajinya.
***


Jiwaku, tak tahukah engkau betapa dirimu begitu kujiwai?
Namamu terngiang lembut di setiap cubitan gerak jantungku.
Wajahmu terus membuntuti kemana saja tubuhku mengarah.
Hingga melodi sampan cinta ini terus kukayuh atas nama kita.
Itu semua karena aku padamu, Jiwaku.
***

Namun sekarang,
hah..
Tak guna lagi manis ucap kataku.
Tak sedikitpun wajahmu mengarah padaku, meski dengan penuh kasih kulafalkan nama kesayangan yang kuberi untukmu. Padahal di hari-hari indah kita sebelumnya, kau begitu tergila-gila atau tepatnya tersipu malu dengan menahan rona merah jambu di pipimu bila kupanggil dengan nama itu.
***

Aku benci dengan kegelisahan menjelang tidur. Aku benci semua kenangan yang membangunkanku di puncak malam, lengkap dengan isakan sepi yang menyayat. Aku benci ketika semua itu terjadi karena kau tak henti-hentinya bermain dalam imajiku, dalam hatiku dan dalam setiap helaan nafasku. Aku benci dengan diriku yang terikat pada harapan memilikimu. Aku benci aku yang menjiwaimu.
***

Masih di malam ini, kuputuskan untuk memutuskan. Menghentikan semua kegilaan yang kurangkai sendiri atas nama cinta.

Tertatih ku hapus dirimu dari lipatan kenangan di otakku. Bahkan nomor sakti yang biasanya bertuliskan nama sayangmu di hp ku itu telah turun derajat menjadi penghuni kelas terhapus. Golongan dari mereka yang tak lagi bermakna apa-apa buatku. Bagian dari masa lalu yang tak akan kubuka meskipun segudang rindu terus melesak, menusuk hatiku tiap kali malam menyapa.

Tak akan ada kata untuk kembali.
Aku telah menetapkan harga, tak perlu kau meragukanku kali ini.

Percayalah
Aku akan melupakanmu

Secepatnya




                                                                                                          Celahati, 090311


###
Puisi ini juga ada disini dan disini

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

1 comments:

Anonim mengatakan...

Saya pernah dengar,
semakin besar keinginan kita untuk melupakan seseorang, semakin kuat ingatan itu di pikiran
Saya mendoakan yang terbaik untuk kamu


-A. Taruna