Malam ini aku masih
belum bisa memejamkan mata. Pikiranku masih melayang, berusaha
menghimpun kenangan yang kurajut bersamamu. Mengais-ngais kisah usang,
meski sebenarnya itu baru saja kita tanam beberapa masa yang lalu.
Aku
tak mengerti mengapa secepat ini. Aku tak mengerti pada rasa yang
mengabu-abu di antara hitam dan putih hidup kita. Aku tak sanggup
mengartikan pudarnya rasa di matamu, yang biasanya begitu menyala-nyala
bahagia bila sedang bersamaku.
Ini salahku? Sepertinya selalu dan akan selalu menjadi salahku.
Aku
yang tak pandai mengungkapkan amarah, selalu menahan murka dan
menguburnya dalam-dalam sebelum sempat termuntahkan tanpa kendali.
Tentu
saja itu menjadi bejana kemenangan bagimu. Senjata untuk meruntuhkan
semua harga maaf yang kumiliki. Hingga mengalir kembali kisah kesalahan
tak terungkap. Meski sebenarnya hati ini juga terkadang meronta, ingin
menampakkan tajinya.
***
Jiwaku, tak tahukah engkau betapa dirimu begitu kujiwai?
Namamu terngiang lembut di setiap cubitan gerak jantungku.
Wajahmu terus membuntuti kemana saja tubuhku mengarah.
Hingga melodi sampan cinta ini terus kukayuh atas nama kita.
Itu semua karena aku padamu, Jiwaku.
***
Namun sekarang,
hah..
Tak guna lagi manis ucap kataku.
Tak
sedikitpun wajahmu mengarah padaku, meski dengan penuh kasih
kulafalkan nama kesayangan yang kuberi untukmu. Padahal di hari-hari
indah kita sebelumnya, kau begitu tergila-gila atau tepatnya tersipu
malu dengan menahan rona merah jambu di pipimu bila kupanggil dengan
nama itu.
***
Aku benci dengan kegelisahan menjelang
tidur. Aku benci semua kenangan yang membangunkanku di puncak malam,
lengkap dengan isakan sepi yang menyayat. Aku benci ketika semua itu
terjadi karena kau tak henti-hentinya bermain dalam imajiku, dalam
hatiku dan dalam setiap helaan nafasku. Aku benci dengan diriku yang
terikat pada harapan memilikimu. Aku benci aku yang menjiwaimu.
***
Masih di malam ini, kuputuskan untuk memutuskan. Menghentikan semua kegilaan yang kurangkai sendiri atas nama cinta.
Tertatih
ku hapus dirimu dari lipatan kenangan di otakku. Bahkan nomor sakti
yang biasanya bertuliskan nama sayangmu di hp ku itu telah turun
derajat menjadi penghuni kelas terhapus. Golongan dari mereka yang tak
lagi bermakna apa-apa buatku. Bagian dari masa lalu yang tak akan
kubuka meskipun segudang rindu terus melesak, menusuk hatiku tiap kali
malam menyapa.
Tak akan ada kata untuk kembali.
Aku telah menetapkan harga, tak perlu kau meragukanku kali ini.
Percayalah
Aku akan melupakanmu
Secepatnya
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
1 comments:
Saya pernah dengar,
semakin besar keinginan kita untuk melupakan seseorang, semakin kuat ingatan itu di pikiran
Saya mendoakan yang terbaik untuk kamu
-A. Taruna
Posting Komentar