Jumat, 04 November 2011

Itu Pun Cukup, Mah..

"Nak, bangun yuk biar cepat siapsiap ke sekolah"

 

 

Mamah selalu membisikkan kalimat ini ke telingaku, sejak bangku kanakkanak menjadi tujuan langkahku setiap pagi.

Biasanya aku masih suka menggelayut manja di pelukannya, sebelum benarbenar beranjak dari tempat tidurku. Waktu itu mamah juga selalu menyelipkan beberapa lembar rupiah ke dalam genggamanku, baru kemudian dengan segera kulangkahkan kaki ini ke kamar mandi dan bersiap ke sekolah.


.

Ah, kalau mengingat masamasa itu malu sekali rasanya. Semanja itu kah aku dulu?


.

###


.

Sendu tatapanmu membekukan hatiku


Melafalkan ketiadaan rasa


Menguburkan masa


Itu pun cukup, Mah..


.

Ramburambu yang melekat di dirimu


Tersalin rapi


Meski tak seutuhnya menjelma di relung sikapku


Itu pun cukup, Mah..


.
.

Kala badai merah jambu mulai menelanjangi


Pontangpanting tak tentu arah kuberlari


Memang tak sepenuhnya kau mengerti


Tapi pelukanmu berbicara lebih dari yang kumengerti


Itu pun cukup, Mah..


.

Kemarau memang panjang


Namun kasihmu setiamu tak berkesudahan


Mengairi hati yang kian gersang


Itu pun cukup, Mah..


.


Namun..


Teriakku pada dinding


Teriakku pada tinta


Itu pun (ternyata belum) cukup, Mah..


.

Lalu pantaskah kini kucukupkan kisah kita?


.

Perca ini sedang kehilangan kainnya


Tak ingin kehilangan kainnya


.

Bantu aku mencukupkan semuanya lagi, Mah.. :/.


.

Celahati, 3 November 2011

 

 

###

Puisi ini juga ada disini


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

1 comments:

Anonim mengatakan...

Cinta Ibu kepada anaknya sepanjang jalan
Cinta anak kepada Ibunya sepanjang galah
Benarkah?


-A. Taruna