Rabu, 28 Desember 2011

Penting Ga Penting, Ini (Mungkin) Penting (Part I)

Ini tulisan sebenernya ga penting, tapi...err...penting juga sih sebenernya, tapi...err...penting ga penting lah intinya.

###
Aku Maya, anak keempat dari empat bersaudara.  Usiaku terpaut cukup jauh dari ketiga saudariku, 11 tahun dengan kakak tertua, 10 tahun dengan kakak kedua dan 6 tahun dengan kakak ketiga.  Pautan usia yang cukup jauh ini membuatku benar-benar ‘dibungsukan’ di rumah.  Meski bagi kebanyakan orang menjadi anak bungsu itu menyenangkan, bagiku menjadi anak bungsu itu setengah nyaman dan setengahnya lagi tidak (baca: di sini).

Nah, berangkat dari ketidaknyamananku inilah, sejak kecil aku mencari ‘pelampiasan’.  Aku mencari wadah-wadah yang bisa menyalurkan keinginanku untuk didengar, untuk memimpin, untuk membuktikan bahwa aku bisa, tanpa ‘dilayani’ seperti biasanya.  Sejak kelas 3 SD aku sudah ikut aktif di Pramuka sekolah.  Mulai dari tingkatan Siaga yang kebanyakan diisi dengan nyanyi-nyanyi, bercerita dan bermain, Penggalang yang dipenuhi dengan semangat tinggi dalam berekspresi, hingga tingkatan Penegak di SMA dan level Pandega di bangku kuliah, meski hanya sempat kukecap selama dua semester.

Selama di bangku sekolah, selain Pramuka aku juga aktif di kepengurusan OSIS dan tentu saja selalu menjadi pengurus kelas, di kelas manapun aku berada.  Aku tergila-gila dengan lingkungan yang menempaku dengan tegas.  Bahkan, kala aku mulai menyandang statusku sebagai mahasiswi, bukannya mereda aku malah makin menggila.  Kuawali melangkah di himpunan jurusan, kemudian beranjak ke mapala, BEM, Walhi, pengurus tim basket kampus, pengurus tim padus kampus, pengurus organisasi mahasiswa bidang keagamaan di intern maupun ekstern kampus, bahkan posisi sebagai badan pengawas sebuah organisasi jurusan untuk skala nasional pernah kurengkuh selama 2 tahun.

Aku aktif di pertemuan-pertemuan mereka yang menyebut dirinya (mungkin) aktivis.  Aku ikut pelatihan-pelatihan, dari skala kampus hingga nasional.  Kadang aku juga diundang sebagai yang melatih, yah meski masih belum sesering aku melatih diriku sendiri.

Aku mungkin gila, ya mungkin gila, atau entah apalah sebutannya untuk kegilaanku ini.

Urusan pendidikanku juga sebenarnya bisa berjalan mulus jika kegilaan ini tak lama-lama menghinggapiku (mungkin).  Tapi aku tak ingin menyesali yang terjadi.  Aku puas dengan apa yang sudah kujalani.  Lagian aku tak ingin membahas topik yang satu itu di tulisan yang satu ini.  Maless..

Jatuh bangun kehidupan mewarnai petualanganku di dunia egosentrisku ini.  Mulai dari lingkungan keluarga yang menentang keras sepak terjangku (keluarga mana coba yang rela anak perempuannya, bungsu lagi, untuk hidup ‘gila’ seperti yang kugambarkan tadi?), lingkungan pertemanan atau bahkan mungkin kekasih yang (mungkin) sedikit shock mendapati pasangannya yang ‘gila’ seperti aku, hingga tantangan terhebat yang datang dari dalam diri sendiri, misalnya kondisi tubuh yang kian melemah.

Hingga beberapa saat yang lalu pikiran-pikiran ‘gila’ itu masih terus menggerayangiku.  Hingga beberapa saat yang lalu aku masih menjadi Maya yang ingin terus mengaktualisasi diri dengan mengikuti berbagai macam event, lomba atau sekedar pelatihan.  Hingga beberapa saat yang lalu aku benar-benar terus berkutat dalam egosentrisku sendiri.  Hingga akhirnya beberapa saat yang lalu aku kemudian berada dalam sebuah konferensi para pemimpin muda Indonesia.

Aku, yang semula merasa pundi-pundi ilmuku sudah mulai (cukup) penuh, yang merasa hebat karena bisa ikut begitu banyak kegiatan dan memperoleh beragam achievement dari beragam lomba, yang merasa bangga karena telah menjelajahi (hampir) semua pulau di Indonesia, yang merasa keren ketika selalu disapa dengan santun saat bertemu teman-teman dan adik-adik tingkat di kampus, kini merasa kecil di tengah rekan-rekan baruku.  Aku benar-benar dibungkam masa, ketika telingaku menjelajahi tiap sudut ucap kisah yang mereka tuturkan, ketika mataku diam-diam membongkar secarik demi secarik kisah keberhasilan yang mereka abadikan di dunia maya.

Oh God, betapa kecilnya aku selama ini.  Semua yang kubanggakan selama ini belum berarti apa-apa dengan yang telah mereka dapatkan.  Angkuhnya aku selama ini, sombongnya aku selama ini, gilanya aku selama ini, arrrghhh...pikiran ini terus berputar-putar dalam pikiranku beberapa saat yang lalu.

Aku mulai menyadari, selama ini aku tergila-gila ‘menumpuk’ ilmu untuk diriku sendiri.  Paling banter aku transfer ilmu ke orang lain hanya jika aku diundang sebagai narasumber atau fasilitator beberapa acara, atau sekedar ketika ngobrol/sharing dengan beberapa teman, atau dalam lingkup yang paling sederhana melewati tulisan-tulisan yang kupublish di beberapa situs.  Ini gaa adaa apaa-apaanyaaaaaa.. :(

Aku rindu melakukan sesuatu yang nyata, yang bisa berguna untuk orang lain.  Aku rindu berbagi.  Kalau bisa, aku akan membagi semua ilmu yang sudah kudapat selama ini, melewati media apa pun.

Kemudian kerinduanku itu bertemu dengan kerinduan dari pihak lain yang ternyata mengalami hal yang mirip denganku.  Kerinduan kami sama, rindu berbagi dengan orang lain, dalam tindakan nyata..

(To Be Continued..)

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 comments: